Sabtu, 30 Oktober 2010

KEDEKATAN SISWA DAN GURU

Dinegara Indonesia banyak terdapat lembaga pendidikan dimana setiap orang dituntut harus bersekolah, kecuali yang kehidupannya kurang mampu/ tidak bisa membiayai anaknya untuk bersekolah. Disuatu lembaga pendidikan pasti ada yang namanya guru dan siswa, sebagai seorang siswa kita harus bersikap ramah, sopan dan disiplin dalam menuntut ilmu karena dari inilah maka akan tercapai cita-cita yang kita inginkan. Disuatu sekolah pasti banyak peraturan-peraturan yang harus dipatuhi seorang siswa. Kita sebagai siswa harus berusaha mengikuti semua aturan yang ada dengan cara mendekatkan diri dengan guru kita dalam hal berbuat baik, sopan, dan tidak berbuat ricuh di sekolah. Seorang siswa harus berusaha mengenal semua gurunya jangan sampai tidak mengenal gurunya sendiri.


Mengapa kita harus dekat dengan guru ?
jawabannya kalau kita menuntut ilmu di suatu sekolah dan tanpa bimbingan guru berarti semua apa yang kita cita-citakan akan hilang begitu saja dan tanpa bimbingan seorang guru berarti itu bukan sekolah. kita harus berbuat baik kepada semua orang disekitar kita terutama guru jangan sekali-sekali membenci atau membuat marah yang pada akhirnya guru itu tidak mau kita dekati lagi. seorang guru kalau berbicara dan didengar maka guru tersebut merasa senang dan sayang kepada siswa-siswanya.


By. Mardi Maryana Toto

Sabtu, 23 Oktober 2010

Jangan Membebani Siswa

Para pelajar saat ini mungkin tidak mengenal lagi istilah penataran P4 seperti yang dialami para pelajar generasi-generasi sebelumnya di awal masa sekolah mereka.

Namun, bukan berarti pelajar saat ini luput dari pendidikan yang mengutamakan pada penguatan karakter, terutama karakter kebangsaan, yakni melalui program pendidikan yang dirancang oleh Kementrian Pendidikan Nasional.

Namun seperti apakah idealnya program pendidikan karakter yang ditanamkan kepada siswa, yang menjadi objek dari program tersebut? Mengingat beban ragam pelajaran yang sudah cukup banyak bagi siswa dan keefektifan pembelajaran. “Yang penting jangan seperti zaman dulu, melalui penataran P4.

Tidak hanya menyita waktu dan tenaga, tapi juga tidak ada hasil nyata yang diperoleh,” kata Danu Bintang, mahasiswa semester tujuh Universitas Negeri Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto.

Menurut Danu, penanaman karakter melalui pendidikan tidak harus dipelajari secara khusus dalam ruang kelas. Seperti halnya pada masa Orde Baru, melalui kegiatan penataran P4.

Penanaman nilainilai karakter melalui pendidikan karakter, lanjut Danu, akan lebih efektif, jika disampaikan melalui kegiatan-kegiatan mahasiswa. “Misalnya melalui UKM (unit kegiatan mahasiswa) dan perkumpulan mahasiswa,” kata Danu.

Pada tararan pendidikan dasar dan menengah pun, lanjut Danu, seharusnya pendidikan tentang karakter ini disampaikan dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah masing-masing, ataupun melalui kegiatan-kegiatan yang menjadi agenda di masing-masing sekolah tersebut.

“Misalnya persami (perkemahan Sabtu malam Minggu),” tambah Danu. Sementara itu, Izatul Janah, pelajar salah satu sekolah swata di Jakarta Timur, menilai pendidikan karakter memang penting. Menurut Izatul, hal ini terutama terkait dalam penanaman nilai-nilai disiplin siswa serta nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan.

“Apalagi bagi remaja yang memang sedang krisis identitas dan mencari jati diri, identitas pendidikan karakter jelas diperlukan,” kata Izatul. Meski demikian, pendidikan karakter bangsa juga diharapkan jangan sampai membebani siswa dengan tambahan materi-materi terkait dengan pendidikan karakter.

“Sudah banyak sekali mata pelajaran yang harus kita pelajari. Belum lagi ada mulok (muatan lokal). Nah, kalau ditambah pelajaran karakter lagi, bisa tidak maksimal,” ujar Izatul.

Meski pada dasarnya ia terkadang kesulitan dalam menangkap muatan tentang karakter yang disisipkan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan, namun, lanjut Izatul, pendidikan karakter yang disisipkan dalam mata pelajaran dinilai lebih bisa diterima.

“Kadang bingung juga sih. Belajar fisika saja sudah susah, harus ditambah lagi dengan karakter ini,” ujar Izatul.

Namun, baik Izatul maupun Danu sepakat bahwa dalam pendidikan karakter apa pun bentuk dan penerapannya, apakah di lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat, yang terpenting adalah peran keteladaan dari figur-figur yang ada dalam setiap lingkup tersebut. Apakah di sekolah, masyarakat, maupun keluarga.

Sekolah Bukan Satu-satunya Arena Pembelajaran

"Sekolah bukan satu-satunya arena pembelajaran bagi anak untuk menuntut ilmu. Di luar sekolah terbuka kesempatan anak mempelajari banyak hal. "

Sekolah bukan satu-satunya arena pembelajaran bagi anak untuk menuntut ilmu. Di luar sekolah terbuka kesempatan anak mempelajari banyak hal. Orang tua dalam hal ini keluarga adalah tempat utama anak menempuh pendidikan yang sebenarnya.

Hal itu mengemuka dalam seminar Mengembalikan Peran Orang Tua dalam Pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka 75 tahun SR/SD Pius Wonosobo, bekerja sama dengan majalah Basis, Minggu (30/7).

Menurut pakar pendidikan Prof Dr Mochtar Buchori sekolah bukan satu-satunya tempat menempuh pendidikan karena pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Pertanyaan yang kemudian kerap muncul adalah apakah selama ini ada kesinambungan antara orang tua dan sekolah.

Selepas menyelesaikan studi, banyak siswa yang tidak mau kembali ke daerahnya. Akibatnya, banyak orang yang hidupnya penuh pura-pura karena tidak sepenuhnya memahami akar dirinya. Kekosongan jiwa ini yang kemudian muncul pada banyak peserta didik.

Maka, lanjut Mochtar, orang tua perlu merumuskan kembali filsafat pendidikan bagi anak dan tidak boleh sepenuhnya menggantungkan pendidikan pada pemerintah. Pemerintahan ganti setiap lima tahun sekali, kerapkali kebijakannya pun berubah. Sementara pendidikan terus menerus dan berkesinambungan.

Penggiat Forum Interaksi Guru Banyumas Agus Wahyudi menambahkan selama ini orang tua begitu sulit mengikuti pengajaran anak di sekolah. Selama ini sangat terlihat bahwa negara sangat mendominasi sekolah dan mengambil peran keluarga.

Kurikulum yang dibebankan pada anak juga didominasi negara. Di sisi lain banyak orang tua menyerahkan begitu saja pendidikan pada sekolah, jika nilai anak jelek baru orang tua ikut mengatur anak.

Bagaimana negara begitu turut campur terlihat pada penentuan kelulusan yang hanya bergantung pada hasil Ujian Nasional. Ketua PGRI Wonosobo H Guno Widagdo menyayangkan ukuran manusia unggul hanya dari tiga mata pelajaran. Dalam pertemuan-pertemuan orang tua siswa, agenda yang dibicarakan pun kebanyakan tentang ketidakmampuan ekonomi orang tua siswa, iuran wajib siswa, dan belanja sekolah. Kualitas pendidikan sendiri kurang mendapat perhatian.

Menurut pengajar SMA Kolese de Britto Yogyakarta Agus Prih Adiartanto sekolah perlu selalu mengkomunikasikan perkembangangan anak pada orang tua, dan mengajak orang tua membantu anak masuk ke kelas pilihan sesuai keahliannya. Dialog antara guru dan orang tua perlu selalu dibuka.

Jumat, 15 Oktober 2010

Pendidikan Dalam Keluarga

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalammasyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangkamenanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilakuyang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga danmasyarakat.
Dalam buku TheNational Studi on Family Strength,Nick dan De Frain mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menujuhubungan keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu:

1. Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga
2. Tersedianya waktu untuk bersama keluarga
3. Interaksi segitiga antara ayah, ibu dan anak
4. Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak
5. Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi



Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan diatas, sujana memberikan beberapa fungsi pada pendidikan keluarga yangterdiri dari fungsi biologis, edukatif, religius, protektif,sosialisasi dan ekonomis.

Dari beberapa fungsi tersebut, fungsi religius dianggap fungsi palingpenting karena sangat erat kaitannya dengan edukatif, sosialisasi danprotektif. Jika fungsi keagamaan dapat dijalankan, maka keluarga tersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan pada suatu sistem dan ketentuan norma beragama yang direalisasikan di lingkungan dalamkehidupan sehari-hari.
Penanaman akidah sejak dini telah dijelaskandalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 132 yang berbunyi:
ووصىبها إبراهيم ببنيه ويعقوب‘ يا بني إنالله إصطفى لكم الدين فلا تموتن إلا وأنتممسلمون.
Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapankepada anak-anaknya, demikian juga Ya’kub. Ibrahim berkata: haianak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, makajanganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam.
Secara garis besar pendidikan dalam keluargadapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Pembinaan Akidah dan Akhlak

Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominanadalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejakmulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikanbeberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengancara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahamandiawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi).Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah merekaatau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telahAllah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi:
يا أيهاالذين أمنوا قوا انفسكم وأهليكم نارا.
Artinya: jagalah diri kalian dan keluargakalian dari panasnya api neraka
Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam bukunya. Pertama, senantiasa membacakan kalimat Tauhid padaanaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.Ketiga, mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan nilai-nilaipengorbanan dan perjuangan.
Akhlak adalah implementasi dari iman dalamsegala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak.Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antaraibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakanbahwa setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikanteladan ataupunidola bagi mereka.

2. Pembinaan Intelektual

Pembinaan intelektual dalam keluarga memgangperanan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitasakan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimanafirman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang berbunyi:
يرفعالله الذين آمنوا منكم والذين أوتواالعلمدرجات
Artinya: Allah akan mengangkat derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantarakalian.
Nabi Muhammad juga mewajibkan kepadapengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai kapanpun sebagaimanasabda beliau yang berbunyi:
طلبالعلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagimuslim dan muslimat.

3. Pembinaan Kepribadian dan Sosial

Pembentukan kepribadian terjadi melalui prosesyang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebihbaik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksinalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingathal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjagaemosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanyaKewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi supportkepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocokdilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santundalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisadengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak sianak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.

Definisi Pendidikan


Langeveld  

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.


John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. 

J.J. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

Carter V.Good

a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. 
b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education. 

Pendidikan ialah:
a. Seni, praktek, atau profesi pengajar. 
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

 Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. 

Menurut UU No. 20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.